Kamis, 22 Desember 2011

Aplikasi Nano Kalsium Pada Tablet Effervescent Jambu Biji Merah


“Indonesia berpeluang besar menjadi negara yang bakal sukses mengembangkan teknologi nano karena ditopang oleh sumber bahan baku teknologi nano seperti batu gamping, tumbuh-tumbuhan, pasir silika dan lain-lain.”

Pengembangan teknologi nano dalam dunia ilmu pengetahuan belum berlangsung lama. Konsep dari teknologi rekayasa zat berskala nanometer atau sepermiliar meter ini pertama kali diperkenalkan oleh Richard Feynman, ahli fisika Amerika Serikat pada akhir 1959.

Di Indonesia, pengembangan teknologi nano sudah dilakukan sejak tahun 2000. Mengingat pentingnya dan banyaknya keunggulan dari teknologi nano, pemerintah bertekad untuk mengembangkan teknologi nano secara lebih intens lagi. Untuk itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) belum lama ini telah menyusun road map pengembangan teknologi nano untuk kebutuhan industri selama 15 tahun ke depan.

Jika dilihat dari kondisi yang ada, Indonesia berpeluang besar menjadi negara yang bakal sukses mengembangkan teknologi nano karena ditopang oleh sumber bahan baku teknologi nano seperti batu gamping, tumbuh-tumbuhan, pasir silika dan lain-lain. Pengembangan teknologi nano amat diperlukan mengingat teknologi tersebut memiliki sejumlah keunggulan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari. Teknologi berbasis olah partikel ini dapat mengefisiensikan pemanfaatan bahan baku, inovasi teknologi, peningkatan kualitas atau mutu produk.

Keunggulan teknologi nano terletak pada ukurannya yang mencapai 10-9 mikrometer atau 10-3 mikrometer, lebih kecil dari ukuran bakteri yang hanya 1-100 mikrometer. Dengan teknologi nano, bubuk bedak berukuran mikro dapat dioleskan secara merata di permukaan wajah, baju anti peluru, AC yang dapat membunuh bakteri dan sebagainya.

Intinya, penerapan teknologi nano pada berbagai bidang akan mengubah kehidupan masyarakat modern. Dengan membuat partikel berskala nanometer, kemudian menyusupkannya di antara partikel berukuran mikron, akan dihasilkan jenis material baru bersifat super, antara lain tingkat kekerasan, pengantaran listrik, dan sifat magnetnya.

Inovasi dan aplikasi teknologi nano saat ini mulai banyak digunakan sektor industri di Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan Masyarakat Nano Indonesia, dari 40 industri yang bergerak di bidang tekstil, keramik, elektronik, dan kimia, ada sekitar 38% yang telah memanfaatkan material dan mesin berteknologi nano.

Aplikasi Nano Kalsium

Aplikasi dari teknologi nano juga sudah mulai diterapkan oleh Balai Besar Industri Agro (BBIA), Bogor. Instansi yang berada dibawah naungan Kementerian Perindustrian itu telah menerapkan aplikasi teknologi nano kalsium pada pembuatan tablet effervescent jambu biji merah. Pemilihan jambu biji untuk dibuat menjadi tablet effervescent antara lain dikarenakan jambu biji merupakan buah-buahan Indonesia yang relatif banyak mengandung vitamin C dan antioksidan yang berguna untuk menjaga kekebalan tubuh.

Buah Jambu Biji Merah



Buah ini juga kaya serat, khususnya pektin dan kaliumyang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh serta menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida.

Saat ini banyak masyarakat yang mengkonsumsi jambu biji dalam pengobatan tradisional maupun modern. Namun karena penggunaan secara tradisional tidak praktis sehingga dikembangkan produk dalam bentuk pangan atau minuman yang modern, praktis dan menarik sehingga lebih mudah dikonsumsi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang pangan, telah berhasil mengembangkan jambu biji dalam berbagai bentuk antara lain jus, jelly, selai dan minuman instan. Untuk meningkatkan diversifikasi olahan jambu biji juga dapat diolah menjadi tablet effervescent, seperti yang dilakukan oleh BBIA dengan mengaplikasikan teknologi nano kalsium.

Effervescent merupakan bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Keunggulan dari tablet affervescent jambu biji dengan aplikasi nano kalsium adalah rasanya enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa, lebih menarik dalam penyediaan, penyiapan larutan dalam seketika dan mengandung dosis yang tepat sehingga lebih praktis serta daya simpan tablet yang relatif lebih lama dibandingkan dalam bentuk larutan. Proses pembuatan tablet effervescent jambu biji merah dengan aplikasi nano kalsium dilakukan BBIA dengan terlebih dulu memilih jambu biji merah yang kondisinya baik.

Jambu biji itu kemudian dihancurkan dalam bentuk jus jambu. Jus jambu ini lalu dikeringkan dengan cara dipasteurisasi hingga menjadi ekstrak jambu kering. Proses selanjutnya adalah memformulasi ekstrak jambu kering itu dengan metode kering (pencampuran). Bahan-bahan yang dicampurkan adalah asam, basa, pengikat, pemanis dan lubrikan.

Setelah itu, ekstrak jambu biji yang sudah diformulasikan itu lalu dikeringkan selama 1 jam pada suhu 40 derajat Celcius kemudian disaring. Ekstrak jambu biji yang sudah disaring itu kemudian dilubrikasi dengan PEG. Proses selanjutnya adalah mencetak ekstrak jambu itu menjadi tablet effervescent yang siap untuk dikonsumsi.



Sumber : Media Industri Kementerian Perindustrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar